Kenapa KPK Harus Dibersihkan?

foto Tempo, Ketua KPK dan Jokowi
Foto Tempo, Ketua KPK dan Jokowi

“Pak Jokowi kecewa sekali dengan KPK..”

Begitu seorang teman cerita di warung kopi siang tadi. Saya sendiri lagi penasaran dengan langkah-langkah yang dianggap melemahkan KPK. Dan berita ini terus digoreng oleh mereka yang tidak puas ada pembenahan di dalam KPK.

“Kenapa?”, Tanya saya.

Dia cerita. “Anggaran KPK itu besar sekali. Sekitar 1 triliun rupiah setiap tahun. Tetapi tidak membuat korupsi berhenti. Yang ditangkap cuman teri, tapi sinetronnya berseri-seri. Ada yang salah dengan KPK selama ini.

KPK itu singkatannya Komisi Pemberantasan Korupsi. Yang dimaksud “Pemberantasan” itu ada dua, yaitu pencegahan dan penangkapan. Tapi yang selama ini dilakukan hanya penangkapan saja. Kenapa? Karena penangkapan itu seksi, diliput berita dan dijadikan panggung oleh orang-orang KPK yang sedang cari nama.

Ada juga yang cari makan disana atas nama penangkapan. Mereka memeras orang dan perusahaan yang terduga korupsi. Baru terduga saja, belum terbukti, tapi udah keluar duit miliaran rupiah. Siapa yang gak takut ma KPK? Mereka dulu dianggap malaikat. Siapapun yang dituding KPK, otomatis orang itu jadi tersangka..”

Ah, baru dapat saya jawabannya. Dulu saya bertanya, kenapa pak Agus Rahardjo yang tidak punya background hukum sama sekali malah bisa jadi Ketua KPK?.

Agus Rahardjo adalah pendiri Lembaga Kebijakan dan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah atau disingkat LKPP. Dia berhasil mereformasi pelayanan publik dengan sistem e-catalogue. Sistem yang dibangun Agus Rahardjo ini dapat pujian dari Ahok, waktu masih jadi Gubernur DKI. Dengan sistem itu, tidak ada lagi pembelian barang di pemerintahan yang bersifat individu. Semua by sistem sehingga gampang dikontrol dan meminimalisasi korupsi pengadaan barang dan jasa.

Jadi itu maksudnya pak Jokowi menunjuk Agus Rahardjo jadi ketua KPK. Supaya mereformasi sistem KPK seperti yang dilakukannya di pemerintahan. Jokowi ingin KPK fokus pada “Pencegahan” korupsi, bukan hanya penangkapan.

Tapi, ya itu, orang-orang lama di KPK gak mau kehilangan zona nyaman mereka. Mereka tetap sibuk menangkap teri, karena ada pendapatan disana. Kalau ada sistem, kan gak bisa “Cari makan lagi”. Orang-orang itu ada di Wadah Pegawai KPK. Siapapun ketua KPK, harus tunduk pada serikat pekerja disana. Karyawan yang atur bossnya. Ngeri, kan?.

Itulah kenapa ada revisi UU KPK. Itulah kenapa ada TWK. Supaya bisa memberantas korupsi, internal KPK harus bersih dulu dari pelaku koruptor. Gimana bisa korupsi diberantas, kalo penegak hukumnya korupsi. Sudah terlalu lama KPK dijadikan sarang pemerasan, sarang politik, sarang ideologi dsbnya.

Itulah gunanya Firli Bahuri. Dia jadi buldozer terdepan untuk membersihkan KPK yang sudah terlalu lama kotor selama ini. Membersihkan tikus harus dengan tangan besi. Hanya polisi yang bisa melawan mantan polisi.

KPK ke depan, diharapkan bisa membangun sistem pencegahan korupsi. Sehingga orang mau korup gak bisa, karena sistem menghalangi mereka. Bukan cuman ditangkapin doang. Yang ditangkap 1 orang, yang masih bisa korup 1000 orang, sama aja boong.

Jadi mengerti saya. Keren juga caranya. Ah, pakde. Pantas engkau jadi Presiden dua periode. Caramu aduhai sekali. Semua bidak ditaruh ditempatnya, dan pada saat yang tepat, SKAK MAT ! Selesai semua..

Itulah yang dia sebut ingin memperkuat KPK. KPK bukan diperlemah, justru hendak dikembalikan ke jalur yang sebenarnya. Jadi pengen angkat secangkir kopi.. seruputtt.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*